Tahukah Anda bahwa kelenturan sendi yang tampak mengagumkan sebenarnya bisa menjadi tanda gangguan kesehatan serius? Sindrom Hipermobilitas Sendi (SHS) adalah kondisi ketika sendi dapat bergerak melampaui batas normal fisiologis.


Berbeda dengan kelenturan biasa yang sering dianggap kelebihan, terutama pada penari atau atlet, SHS justru disertai berbagai keluhan seperti nyeri kronis dan kelelahan yang berkepanjangan.


SHS masuk ke dalam kelompok gangguan jaringan ikat yang diturunkan secara genetik, dan seringkali memiliki kemiripan dengan kondisi lain seperti hEDS (hipermobilitas tipe Ehlers-Danlos). Oleh karena itu, diagnosis yang akurat sangat penting untuk menentukan langkah penanganan yang tepat sejak dini.


Tantangan Diagnostik: SHS Sering Tertukar dengan Kondisi Lain


Salah satu tantangan utama dalam mendiagnosis SHS adalah membedakannya dari fleksibilitas sendi biasa, penyakit autoimun tahap awal, atau sindrom nyeri kronis seperti fibromyalgia. Data terbaru menunjukkan bahwa hampir sepertiga penderita SHS awalnya menerima diagnosis yang keliru, menyebabkan keterlambatan penanganan atau pemberian terapi yang tidak sesuai dengan kondisi sebenarnya.


Menurut pakar terkemuka dalam bidang hipermobilitas, Prof. Rodney Grahame, penting untuk memperhatikan gejala non-sendi seperti gangguan pada saluran pencernaan, disfungsi sistem saraf otonom, serta kelelahan. Gejala-gejala ini bisa muncul bahkan saat kondisi sendi tampak normal secara fisik, sehingga sering kali luput dari perhatian dokter umum.


Gejala Lanjutan: Bukan Hanya Nyeri Sendi


Meskipun gejala utama SHS adalah pergerakan sendi yang berlebihan disertai nyeri, banyak penelitian menunjukkan bahwa komplikasi lain juga umum terjadi. Misalnya, gangguan proprioseptif, kemampuan tubuh untuk mengenali posisi dan gerakan sendi, yang menyebabkan sering terkilir atau jatuh.


Selain itu, beberapa penderita mengalami intoleransi ortostatik seperti Postural Orthostatic Tachycardia Syndrome (POTS), yang mencerminkan gangguan pada sistem saraf otonom. Diduga, hal ini berkaitan dengan lemahnya struktur kolagen dalam jaringan ikat, yang tidak hanya memengaruhi sendi, tetapi juga fungsi tubuh secara menyeluruh.


Pendekatan Penanganan: Lebih dari Sekadar Fisioterapi


Saat ini belum tersedia terapi kuratif untuk SHS, sehingga penanganannya bersifat simptomatik dan melibatkan berbagai disiplin ilmu. Terapi fisik tetap menjadi fondasi utama, namun perlu disesuaikan agar tidak memberikan tekanan berlebihan pada sendi. Biasanya, program latihan akan difokuskan pada penguatan otot dan stabilisasi, di bawah bimbingan fisioterapis yang memahami gangguan jaringan ikat.


Selain terapi fisik, dukungan psikologis juga sangat membantu. Pendekatan seperti terapi kognitif-perilaku (CBT) terbukti mampu meningkatkan cara pasien menghadapi rasa sakit, mengurangi kecemasan, serta memperbaiki kualitas hidup secara keseluruhan.


Obat-obatan pereda nyeri tetap digunakan dalam pengelolaan SHS, namun harus disesuaikan dengan jenis nyeri yang dirasakan. Karena penyebab utama bukan peradangan, obat antiinflamasi seperti NSAID tidak ideal untuk penggunaan jangka panjang. Sebaliknya, obat untuk nyeri saraf lebih sering direkomendasikan dalam kasus ini.


Faktor Genetik: Penelitian Terbaru Membuka Harapan


Meskipun jalur genetik pasti untuk SHS belum sepenuhnya dipahami, sejumlah penelitian kini mulai mengarah pada gen-gen yang berperan dalam sintesis dan perbaikan matriks jaringan ikat. Salah satu kandidat yang tengah diselidiki adalah mutasi pada gen TNXB. Namun, hingga saat ini, data yang tersedia masih belum cukup kuat untuk dijadikan dasar diagnosis genetik secara rutin.


Konseling genetik biasanya hanya dianjurkan jika SHS dicurigai sebagai bagian dari kelainan turunan yang lebih luas, seperti hEDS. Dalam kasus seperti ini, protokol diagnosis bisa jauh lebih kompleks dan spesifik.


Sindrom Hipermobilitas Sendi bukan sekadar kondisi ringan yang bisa diabaikan. Dengan berbagai bukti yang menunjukkan keterlibatan sistemik dan dampak serius terhadap kualitas hidup, penting bagi tenaga medis dan masyarakat untuk lebih waspada dan memahami kondisi ini secara menyeluruh.


simak video "Sindrom Hipermobilitas Sendi"

video by "SayaSehat"