Retinoblastoma adalah jenis kanker ganas yang tumbuh di dalam bola mata, dan paling sering menyerang anak-anak usia dini. Meskipun tergolong langka, retinoblastoma membutuhkan diagnosis cepat dan penanganan yang tepat karena sifatnya yang agresif dan potensi menimbulkan komplikasi serius yang membahayakan jiwa.


Perkembangan terkini dalam riset genetik dan molekuler telah membawa perubahan besar dalam cara mendiagnosis dan mengobati penyakit ini, sehingga tingkat keberhasilan pengobatan semakin meningkat dan peluang hidup pasien menjadi jauh lebih baik.


Asal Usul Genetik: Mutasi Gen RB1 Sebagai Pemicu Utama


Penyebab utama dari munculnya retinoblastoma berkaitan dengan kerusakan pada gen RB1. Konsep ini pertama kali dijelaskan oleh Dr. Alfred Knudson melalui teori "dua pukulan", yang menyatakan bahwa dua mutasi diperlukan untuk menyebabkan kanker pada gen ini. Sekitar 40% kasus retinoblastoma bersifat herediter, yang berarti mutasi genetiknya diturunkan melalui garis keturunan. Sisanya bersifat sporadis dan terjadi tanpa riwayat keluarga sebelumnya.


Penelitian terbaru menggunakan teknologi sekuensing generasi terbaru menunjukkan bahwa bukan hanya mutasi gen yang berperan, tetapi juga perubahan epigenetik, seperti metilasi pada bagian promotor gen RB1. Selain itu, ditemukan pula gangguan pada jalur pengatur siklus sel yang dapat mempercepat pertumbuhan tumor dan membuatnya lebih sulit diobati. Dr. Michael Dyer, seorang ahli dalam bidang onkologi pediatrik, menekankan bahwa kombinasi perubahan genetik ini menjelaskan mengapa beberapa kasus lebih agresif dibandingkan lainnya.


Tanda-Tanda Awal: Kenali Gejala Sejak Dini Sebelum Terlambat


Gejala paling awal dan mencolok dari retinoblastoma adalah leukokoria, yaitu munculnya pantulan putih tidak normal pada pupil mata, serta strabismus, yaitu kondisi di mana mata tidak sejajar atau tampak juling. Tanda-tanda ini sering kali pertama kali dikenali oleh orang tua atau dokter anak saat pemeriksaan rutin.


Banyak kasus pertama kali dikenali oleh orang tua saat memotret anak, karena kilauan aneh di mata terlihat dalam foto. Pemeriksaan lanjutan oleh dokter mata dilakukan menggunakan ultrasonografi dan teknologi seperti Optical Coherence Tomography (OCT), yang dapat melihat kondisi tumor secara rinci di dalam mata. Menurut tinjauan terbaru oleh Dr. Sarah Coupland pada tahun 2023, pendekatan pencitraan multimodal sangat penting untuk membedakan retinoblastoma dari kelainan mata jinak lainnya.


Pilihan Pengobatan: Menyelamatkan Mata Tanpa Mengorbankan Nyawa


Dulu, pengangkatan bola mata (enukleasi) adalah pilihan utama untuk mencegah penyebaran kanker. Kini, metode pengobatan lebih mengutamakan penyelamatan penglihatan tanpa mengorbankan keselamatan pasien.


Pengobatan yang digunakan saat ini melibatkan kemoterapi sistemik yang dikombinasikan dengan terapi lokal, seperti laser, pembekuan (krioterapi), dan yang paling mutakhir adalah kemoterapi intra-arterial. Teknik ini dikembangkan oleh Dr. David Abramson dan bekerja dengan mengalirkan obat langsung ke pembuluh darah mata, sehingga obat dapat bekerja langsung di tempat tumor berada dan mengurangi efek samping pada organ lain.


Data dari berbagai uji klinis menunjukkan tingkat keberhasilan menyelamatkan bola mata bisa mencapai lebih dari 80%, terutama bila ditangani sejak stadium awal. Terapi inovatif lain seperti imunoterapi dan terapi target molekuler sedang dalam tahap pengembangan, dan memiliki potensi besar untuk menangani kasus yang tidak merespons pengobatan konvensional.


Faktor Prognosis dan Pemantauan Jangka Panjang


Tingkat kesembuhan sangat bergantung pada stadium tumor saat diagnosis serta ada tidaknya penyebaran ke luar mata. Di negara-negara dengan sumber daya medis tinggi, tingkat kelangsungan hidup kini melampaui 95% jika terdeteksi dini.


Namun, anak-anak dengan retinoblastoma herediter perlu dipantau seumur hidup karena mereka berisiko lebih tinggi mengembangkan kanker lain di masa depan. Oleh karena itu, pemantauan rutin sangat penting. Konseling genetik juga menjadi bagian penting dari perawatan, untuk membantu keluarga membuat keputusan yang tepat terkait perencanaan keluarga dan skrining dini pada saudara kandung.


Dr. Maria Gonzalez dalam panduan tahun 2024 menekankan pentingnya pendekatan multidisipliner yang melibatkan dokter mata, onkolog, dan ahli genetika untuk memberikan perawatan yang menyeluruh.


Retinoblastoma adalah tantangan serius dalam dunia kesehatan anak, terutama karena menyangkut penglihatan dan nyawa. Namun, berkat integrasi antara ilmu genetika dan teknologi medis modern, kini anak-anak dengan kondisi ini memiliki harapan yang jauh lebih baik. Dengan diagnosis dini, terapi canggih, dan pemantauan yang ketat, retinoblastoma bukan lagi vonis menakutkan, melainkan penyakit yang bisa dikendalikan dan ditangani dengan penuh harapan.