Apakah Anda pernah merasa perut terus-terusan tidak nyaman, sering diare, atau berat badan menurun tanpa sebab jelas? Bisa jadi, masalahnya bukan hanya sekadar gangguan pencernaan biasa, melainkan sesuatu yang lebih spesifik dan jarang dibicarakan, yaitu Bile Acid Malabsorption (BAM) atau gangguan penyerapan asam empedu.


Meskipun belum banyak dikenal, kondisi ini ternyata berpotensi menimbulkan dampak yang serius bagi kesehatan saluran cerna.


Apa Itu Bile Acid Malabsorption?


Asam empedu memiliki peranan penting dalam proses pencernaan, khususnya untuk memecah dan menyerap lemak di usus kecil. Normalnya, asam empedu disimpan di kantong empedu dan dikeluarkan saat tubuh membutuhkan proses pencernaan lemak. Setelah bekerja memecah lemak, sebagian besar asam empedu akan diserap kembali di bagian akhir usus kecil yang disebut ileum, kemudian dibawa kembali ke hati untuk didaur ulang.


Namun, jika terjadi gangguan seperti BAM, proses penyerapan asam empedu ini terganggu. Akibatnya, asam empedu yang tidak terserap akan masuk ke usus besar dan memicu gangguan seperti diare, perut kembung, dan gejala lain yang kerap menyerupai gangguan pencernaan lain. Dr. Julian Walters, pakar terkemuka dalam bidang ini, menjelaskan, “Ketika asam empedu tidak diserap dengan baik, zat ini mengiritasi usus besar sehingga menimbulkan diare dan berbagai gejala lain yang sering salah didiagnosis.”


Penyebab Bile Acid Malabsorption


Berikut beberapa faktor yang bisa memicu gangguan penyerapan asam empedu ini:


- Penyakit atau Operasi pada Ileum: Kerusakan pada ileum, seperti akibat penyakit Crohn atau operasi pengangkatan sebagian ileum, dapat menghambat penyerapan asam empedu secara optimal.


- Faktor Genetik: Beberapa orang memiliki mutasi genetik yang memengaruhi transporter atau pengangkut asam empedu di ileum, sehingga rentan mengalami BAM tanpa penyebab yang jelas.


- Cholestasis: Kondisi di mana aliran empedu terganggu, sehingga asam empedu menumpuk di darah dan mengacaukan siklus normal daur ulang empedu.


- Pengaruh Obat-obatan: Beberapa jenis obat, terutama yang berfungsi menurunkan kolesterol, dapat menghambat penyerapan asam empedu, misalnya obat kolestiramin dan kolesevelam.


Gejala Bile Acid Malabsorption yang Harus Diwaspadai


Gangguan ini biasanya menunjukkan tanda-tanda berikut:


- Diare Kronis: Diare berair yang terjadi berulang, terutama setelah mengonsumsi makanan berlemak.


- Nyeri Perut: Perut terasa kram, kembung, dan tidak nyaman.


- Penurunan Berat Badan: Meskipun pola makan tetap normal, berat badan bisa turun akibat gangguan penyerapan.


- Steatorrhea: Tinja yang berminyak, berbau tidak sedap, menandakan tubuh tidak mampu mencerna lemak dengan baik.


Bagaimana BAM Dideteksi?


Diagnosis BAM tidak bisa hanya berdasarkan gejala saja, melainkan membutuhkan pemeriksaan khusus, antara lain:


- Tes SeHCAT: Tes ini menggunakan zat radioaktif yang diserap oleh asam empedu untuk mengukur tingkat penyerapan. Hasil rendah menandakan adanya gangguan penyerapan.


- Tes Darah: Peningkatan kadar asam empedu di darah bisa mengonfirmasi adanya BAM.


Cara Mengatasi Bile Acid Malabsorption


Walau BAM bisa menjadi kondisi kronis, gejala dan dampaknya bisa dikendalikan dengan beberapa metode pengobatan berikut:


- Penggunaan Obat Pengikat Asam Empedu: Obat seperti kolestiramin, kolestipol, dan kolesevelam bekerja dengan mengikat asam empedu yang berlebih, sehingga mengurangi iritasi di usus besar dan meredakan diare.


- Probiotik: Bakteri baik ini membantu memulihkan keseimbangan mikroflora usus, memperbaiki pencernaan, dan menenangkan gejala diare.


- Operasi: Pada kasus yang sangat parah, terutama yang disebabkan oleh penyakit atau operasi pada ileum, tindakan pembedahan mungkin diperlukan, meskipun ini jarang dilakukan.


Meski BAM bisa berdampak pada kualitas hidup, dengan diagnosis dini dan pengobatan yang tepat, sebagian besar penderita mampu mengelola gejala dan tetap menjalani aktivitas normal. Namun, bagi mereka dengan malabsorpsi berat, risiko kekurangan nutrisi, terutama vitamin larut lemak seperti A, D, E, dan K, perlu diperhatikan. Pemeriksaan rutin dan suplemen mungkin diperlukan agar kesehatan tetap terjaga.