Cokelat adalah salah satu makanan manis yang paling disukai di seluruh dunia, dinikmati dalam berbagai bentuk oleh orang-orang dari berbagai kalangan. Namun, asal-usul cokelat ini sangat panjang, jauh sebelum cokelat menjadi camilan manis yang kita kenal saat ini.
Kisah cokelat berawal dari tanaman kakao, yang pertama kali dibudidayakan dan diproses oleh masyarakat Mesoamerika di Amerika Tengah.
Asal Usul dan Penggunaan Awal Kakao
Kakao, yang secara ilmiah dikenal dengan nama Theobroma cacao, adalah tanaman hijau abadi yang berasal dari hutan hujan di wilayah Amazon dan Orinoco di Amerika Selatan. Saat ini, tanaman ini dibudidayakan di daerah-daerah tropis yang hangat dan lembab di seluruh Amerika Latin, Afrika Barat, dan Asia Tenggara. Ada tiga jenis kakao utama: Criollo, Trinitario, dan Forastero.
Penggunaan kakao yang paling awal diketahui berasal dari peradaban Mesoamerika kuno, seperti suku Maya, yang dipercaya sebagai orang pertama yang membudidayakan kakao. Mereka membuat minuman pahit dari biji kakao dan air, yang dianggap sangat berharga dan sering dikonsumsi dalam berbagai acara khusus dan perayaan. Minuman ini kadang diberi rempah-rempah sebagai tambahan rasa, dan biji kakao itu sendiri bahkan digunakan sebagai alat tukar atau mata uang. Nama ilmiah "Theobroma" berarti "makanan para dewa" dalam bahasa Yunani, yang menunjukkan betapa tingginya penghargaan yang diberikan terhadap kakao pada masa itu.
Pengenalan Kakao ke Eropa
Meskipun tidak jelas kapan tepatnya kakao sampai ke Eropa, umumnya diyakini bahwa kakao tiba di Spanyol pada awal tahun 1500-an, kemungkinan besar dibawa oleh para penjelajah. Beberapa tokoh sejarah, seperti Christopher Columbus dan Hernán Cortés, dikaitkan dengan penyebaran kakao ke Eropa, meskipun keterkaitan Cortés dengan kakao paling banyak diterima.
Setelah kakao sampai di Eropa, kakao dengan cepat menjadi komoditas yang sangat disukai di kalangan orang-orang kaya, khususnya di Spanyol. Pada abad ke-19, ketersediaan kakao dan cokelat semakin meluas, dan cokelat mulai dapat dijangkau oleh masyarakat luas, merambah ke rumah-rumah, kafe-kafe, bahkan produk kosmetik.
Proses Pembuatan Cokelat
Proses pembuatan cokelat dimulai dengan panen buah kakao. Buah kakao dibuka untuk mengambil biji kakao, yang kemudian difermentasi dan dikeringkan. Proses ini penting untuk mengembangkan rasa dan aroma khas yang dimiliki cokelat. Setelah dibersihkan dan dipilih untuk menghilangkan biji yang cacat, biji kakao tersebut kemudian dikemas dan dikirim ke berbagai belahan dunia.
Setibanya di tempat tujuan, biji kakao dipanggang dan digiling untuk menghasilkan cairan kakao, yang bisa langsung digunakan untuk pembuatan cokelat atau diproses lebih lanjut menjadi bubuk kakao dan mentega kakao. Proses pembuatan cokelat melibatkan pencampuran cairan kakao dengan mentega kakao, gula, susu, dan bahan perasa lainnya dalam proporsi tertentu. Campuran ini kemudian dipanaskan dan diaduk hingga tercampur sempurna sebelum dibentuk menjadi blok cokelat.
Produksi Cokelat Global
Dalam beberapa dekade terakhir, produksi cokelat global meningkat pesat. Dari 1,19 juta metrik ton pada tahun 1961, produksi cokelat mencapai 5,25 juta metrik ton pada tahun 2018. Negara-negara penghasil utama kakao termasuk negara-negara di Afrika, Amerika Selatan, dan Asia Tenggara.
Fakta Menarik Tentang Kakao
Bagi Anda yang tertarik dengan detail lebih lanjut tentang kakao dan cokelat, berikut adalah beberapa fakta menarik yang mungkin belum Anda ketahui:
Biji kakao, yang ditemukan di dalam buah kakao, memiliki bentuk mirip dengan siung bawang putih dan rasanya pahit karena mengandung kafein, theobromin, serta polifenol.
Kata "cokelat" kemungkinan berasal dari kata Aztec "xocoātl", yang merujuk pada minuman pahit yang dikonsumsi dalam berbagai ritual, atau mungkin juga berhubungan dengan dewa Aztec Quetzalcoatl yang dipercaya membawa kakao ke dunia.
Sebelum sampai ke Eropa, cokelat dikonsumsi dalam bentuk pahit. Baru kemudian, gula dan pemanis lainnya ditambahkan untuk membuatnya lebih lezat.
Metode pemrosesan cokelat modern yang dikembangkan oleh penemu Belanda Van Houten pada awal abad ke-19 memungkinkan pemisahan mentega kakao dari bubuk kakao, yang menghasilkan produk cokelat yang lebih halus dan lebih halus.
Bar cokelat pertama kali ditemukan oleh Joseph Fry pada tahun 1847, yang menemukan cara untuk mencetak cokelat dengan menambahkan mentega kakao ke dalam resep proses Belanda.
Cokelat putih, meskipun disebut "cokelat", tidak mengandung padatan kakao. Sebaliknya, cokelat putih terbuat dari gula, derivatif susu, dan mentega kakao.
Perkebunan kakao rentan terhadap perubahan iklim, yang dapat mengganggu pola curah hujan dan mengancam kelangsungan budidaya kakao di daerah-daerah tersebut.
Berbagai studi menunjukkan bahwa kakao, terutama dalam bentuknya yang paling murni, mungkin memberikan berbagai manfaat kesehatan, termasuk peningkatan suasana hati dan potensi manfaat fisik. Namun, manfaat ini tidak selalu ditemukan pada produk cokelat yang sudah diproses.
Kakao telah berkembang dari komoditas yang sangat dihargai oleh peradaban Mesoamerika kuno menjadi salah satu makanan penutup global yang paling populer. Perubahannya menjadi cokelat manis yang kita kenal saat ini merupakan hasil dari inovasi dan adaptasi selama berabad-abad. Seiring cokelat terus menjadi bagian integral dari kehidupan modern, sejarah kaya dan proses produksinya yang kompleks tetap menjadi bukti daya tarik cokelat yang tak lekang oleh waktu.