Petualangan luar angkasa selalu menyimpan sejuta kisah menakjubkan. Salah satunya adalah perjalanan dua astronot veteran, Sunita Williams dan Butch Wilmore, yang baru saja menyelesaikan misi tak terduga selama hampir 300 hari di Stasiun Luar Angkasa Internasional (ISS).


Meskipun awalnya direncanakan hanya berlangsung delapan hari, masalah teknis membuat mereka harus tinggal jauh lebih lama. Hasilnya? Perubahan drastis pada tubuh mereka yang kini jadi sorotan dunia ilmiah!


Tinggal di Orbit Hampir Setahun!


Williams dan Wilmore diluncurkan menggunakan pesawat Boeing Starliner pada tanggal 5 Juni, dengan misi awal hanya selama delapan hari. Namun, berbagai kendala teknis membuat mereka tertahan selama 289 hari di luar angkasa. Mereka akhirnya kembali ke Bumi menggunakan wahana SpaceX Dragon, menandai akhir dari perjalanan panjang yang penuh pelajaran berharga bagi dunia eksplorasi luar angkasa.


Walaupun bukan rekor terlama dalam sejarah penerbangan luar angkasa, rekor masih dipegang oleh Valeri Polyakov selama 437 hari, misi panjang ini memberikan data baru yang sangat penting bagi riset masa depan.


Efek Mikrogravitasi: Otot dan Tulang Melemah


Salah satu tantangan utama hidup di luar angkasa adalah hilangnya massa otot dan kepadatan tulang akibat tidak adanya gravitasi. Walau setiap astronot diwajibkan berolahraga hingga dua setengah jam setiap hari, tetap saja mereka mengalami penurunan signifikan.


Menurut laporan NASA, seorang astronot dapat kehilangan sekitar 1% kepadatan tulang setiap bulan berada di luar angkasa jika tidak ada intervensi medis dan fisik yang cukup. Hal ini juga menjadi perhatian para peneliti karena kondisi serupa terjadi pada pasien yang beristirahat total di tempat tidur dalam waktu lama di Bumi.


Jantung, Peredaran Darah, dan Wajah Bengkak


Tanpa gravitasi, jantung tidak perlu bekerja sekeras saat berada di Bumi. Akibatnya, peredaran darah berubah drastis. Darah lebih banyak berkumpul di bagian atas tubuh, menyebabkan wajah terlihat bengkak dan tubuh bagian bawah tampak lebih ramping.


Perubahan ini juga dapat memicu gangguan irama jantung atau bahkan pembekuan darah, sehingga saat kembali ke Bumi, banyak astronot harus dibantu saat berjalan. Mereka terkadang dibopong karena sistem keseimbangannya belum sepenuhnya pulih.


DNA Terpengaruh! Paparan Radiasi Luar Angkasa Mengguncang Genetik


Di luar angkasa, tingkat paparan radiasi sangat tinggi karena tidak terlindungi oleh atmosfer Bumi. Efeknya? DNA manusia bisa mengalami perubahan, terutama pada bagian yang disebut telomer, pelindung ujung kromosom.


Peneliti menemukan bahwa telomer memanjang saat di luar angkasa, tapi langsung menyusut saat kembali ke Bumi. Fenomena ini tengah diteliti lebih dalam karena berpotensi memengaruhi proses penuaan dan kesehatan jangka panjang.


Penampilan Berubah Drastis


Tidak hanya kondisi fisik dalam, penampilan luar juga mengalami transformasi. Rambut Sunita Williams tampak lebih panjang dan beruban saat kembali ke Bumi. Hal ini bukan hanya karena waktu yang lama, tetapi juga karena tekanan mikrogravitasi pada kulit kepala, yang bisa memengaruhi pertumbuhan rambut.


Kulit mereka pun menjadi lebih tipis dan mudah iritasi, namun tetap terasa lembut. Tanpa sinar matahari, warna kulit menjadi jauh lebih pucat dari biasanya.


Tidur Tak Lagi Mudah di Antariksa


Tidur di ruang tanpa gravitasi bukan perkara sederhana. Astronot harus tidur di dalam kantong tidur yang dipasang di dinding, lengkap dengan penutup mata dan penyumbat telinga agar terhindar dari cahaya dan suara mesin ISS.


Kurangnya kualitas tidur sering membuat astronot terlihat lelah dan kehilangan kesegaran wajah. Setelah kembali ke Bumi, mereka menjalani serangkaian tes medis dan program pemulihan agar tubuh bisa beradaptasi kembali dengan gravitasi.


Setiap Hari di Orbit Bernilai Ilmiah


Walau bukan rekor dunia, misi ini membuka pintu informasi penting. Efek jangka panjang terhadap tubuh, dari sistem otot hingga ekspresi gen, terus dipelajari sebagai bahan persiapan untuk eksplorasi jangka panjang seperti misi ke Mars atau penjelajahan luar tata surya.


Peneliti juga masih memantau kondisi astronot lain seperti Peggy Whitson dan Oleg Kononenko yang telah menghabiskan waktu terbanyak di luar angkasa melalui beberapa misi.


Imbalan Tidak Seberapa, Tapi Dedikasi Tinggi


Menariknya, imbalan finansial untuk misi tak terduga ini sangat minim. Setiap astronot hanya mendapatkan tambahan sekitar $5 per hari, atau sekitar $1.430 untuk total masa tambahan mereka. Jumlah ini sangat kecil dibandingkan dedikasi dan risiko kesehatan yang mereka tanggung.


Namun, bagi mereka, motivasi utama bukan uang, melainkan kontribusi terhadap masa depan manusia di luar Bumi.


Misi panjang ini bukan hanya tentang bertahan hidup di luar angkasa, tapi juga membuka wawasan tentang potensi manusia menembus batas. Dari keropos tulang hingga perubahan DNA, semua perubahan ini menjadi landasan penting untuk misi-misi masa depan ke bulan, Mars, dan lebih jauh lagi.