Pernah bertemu teman lama di reuni atau mulai mengobrol dengan orang baru di sebuah acara? Biasanya setelah salam dan basa-basi, pertanyaan pertama yang muncul adalah, “Anda kerja di mana?” Jika iya, Anda tidak sendiri. Tapi tahukah Anda bahwa pertanyaan ini bisa bikin lawan bicara merasa tidak nyaman?


Saat ini, semakin banyak orang yang mulai mempertanyakan apakah pertanyaan soal pekerjaan benar-benar cara terbaik untuk memulai percakapan. Yuk, kita bahas alasannya dan cari tahu pertanyaan alternatif yang lebih asyik!


Pekerjaan Bukan Segalanya


Mungkin terdengar biasa saja, tapi pertanyaan “Anda kerja di mana?” bisa memiliki makna yang lebih dalam. Joanne Lipman, penulis buku Next! The Power of Reinvention in Life and Work, mengungkapkan bahwa pertanyaan ini sering kali membawa kesan bahwa kita sedang menilai status sosial, penghasilan, atau tingkat pendidikan seseorang.


Bagi mereka yang sedang tidak bekerja, baru saja pindah jalur karier, atau sibuk mengurus keluarga, pertanyaan ini bisa terasa menekan. Seolah-olah nilai seseorang hanya diukur dari pekerjaan yang mereka lakukan, padahal tentu saja tidak adil jika kita memandang orang hanya dari situ.


Mengapa Bisa Terasa Pribadi?


Bayangkan Anda sedang mengambil jeda dari dunia kerja, atau sedang dalam masa transisi karier. Ketika seseorang langsung menanyakan soal pekerjaan, Anda bisa merasa dihakimi. Di berbagai komunitas online, banyak orang membagikan pengalaman merasa terintimidasi dengan pertanyaan ini.


Seorang wanita bernama Ashley Scott (35 tahun) yang pernah dua kali mengalami pemutusan hubungan kerja, mengaku bahwa ia sering “menyiasati” situasi dengan mengatakan sedang kuliah lagi, hanya untuk menghindari penilaian negatif dari orang lain. Ia merasa jika ia jujur mengaku sedang tidak bekerja, respons orang akan langsung berubah.


Pekerjaan Tidak Sama dengan Identitas


Banyak orang yang secara tidak sadar mencampuradukkan pekerjaan dengan identitas diri mereka. Ini disebut dengan istilah enmeshment dalam psikologi. Ketika pekerjaan diambil atau hilang, mereka bisa merasa kehilangan arah atau merasa kurang berharga.


Terlebih setelah pandemi, banyak orang mulai mempertanyakan apakah pekerjaan benar-benar menjadi pusat hidup mereka. Angka pengangguran yang sempat melonjak dan gelombang pemutusan kerja di berbagai perusahaan besar membuat banyak orang mulai mengejar hal-hal lain yang lebih bermakna dalam hidup.


Generasi Muda Punya Cara Pandang Berbeda


Generasi muda, terutama Gen Z, memandang pekerjaan dengan cara yang berbeda. Berdasarkan survei LinkedIn tahun 2023 terhadap lebih dari 7.000 pekerja, 64% Gen Z mengatakan bahwa mereka ingin pekerjaan yang sesuai dengan nilai pribadi mereka.


Mereka tidak sekadar mencari posisi bergengsi atau gaji besar, tapi ingin pekerjaan yang memberikan makna. Salah satunya adalah Danielle Farage, seorang direktur pemasaran di sebuah startup yang lebih memilih karier yang mencerminkan minatnya, daripada hanya mengejar jabatan tinggi.


Pertanyaan Alternatif yang Lebih Menyenangkan


Kalau begitu, apa yang bisa Anda tanyakan saat bertemu orang baru agar percakapan terasa lebih hangat dan personal?


Coba ganti dengan:


- “Apa yang Anda suka lakukan di waktu luang?”


- “Apa yang sedang membuat Anda bahagia akhir-akhir ini?”


Pertanyaan seperti ini jauh lebih inklusif. Ini memberikan ruang bagi lawan bicara untuk membagikan hal-hal yang mereka sukai, entah itu hobi, proyek pribadi, atau momen menyenangkan dalam hidup mereka.


Generasi Muda Punya Cara Pandang Berbeda


Generasi muda, terutama Gen Z, memandang pekerjaan dengan cara yang berbeda. Berdasarkan survei LinkedIn tahun 2023 terhadap lebih dari 7.000 pekerja, 64% Gen Z mengatakan bahwa mereka ingin pekerjaan yang sesuai dengan nilai pribadi mereka.


Mereka tidak sekadar mencari posisi bergengsi atau gaji besar, tapi ingin pekerjaan yang memberikan makna. Salah satunya adalah Danielle Farage, seorang direktur pemasaran di sebuah startup yang lebih memilih karier yang mencerminkan minatnya, daripada hanya mengejar jabatan tinggi.


Pertanyaan Alternatif yang Lebih Menyenangkan


Kalau begitu, apa yang bisa Anda tanyakan saat bertemu orang baru agar percakapan terasa lebih hangat dan personal?


Coba ganti dengan:


- “Apa yang Anda suka lakukan di waktu luang?”


- “Apa yang sedang membuat Anda bahagia akhir-akhir ini?”


Pertanyaan seperti ini jauh lebih inklusif. Ini memberikan ruang bagi lawan bicara untuk membagikan hal-hal yang mereka sukai, entah itu hobi, proyek pribadi, atau momen menyenangkan dalam hidup mereka.


Cara Menjawab Pertanyaan Pekerjaan dengan Lebih Menarik


Jika tetap ada yang bertanya soal pekerjaan, Anda bisa menjawab dengan cara yang lebih personal dan menyenangkan. Alih-alih hanya menyebutkan jabatan atau perusahaan, coba ceritakan tentang apa yang Anda sukai dari pekerjaan itu.


Contohnya: daripada berkata, “Saya editor di majalah,” lebih menarik jika mengatakan, “Saya senang menggali cerita dari orang-orang dan menulis tentang strategi bisnis mereka.” Ini membuka peluang percakapan yang lebih dalam dan menarik.


Menemukan Jati Diri di Luar Dunia Kerja


Joanne Lipman juga menekankan pentingnya memiliki minat di luar pekerjaan untuk membangun jati diri yang lebih sehat. Salah satunya adalah Angela Calman, mantan pembawa berita berusia 52 tahun yang harus berhenti bekerja karena kondisi kesehatan.


Namun, ia tidak menyerah. Ia mulai mendokumentasikan perjalanannya dan berbagi dengan komunitas yang mengalami hal serupa. Ia juga menemukan kegembiraan dalam menghabiskan waktu bersama anak-anak dan mengikuti lomba lari maraton. Lewat hal-hal ini, ia menemukan makna hidup yang lebih luas dari sekadar karier.


Jadi, lain kali saat Anda bertemu orang baru atau ngobrol dengan teman lama, coba hindari pertanyaan, “Anda kerja di mana?” Gantilah dengan pertanyaan yang lebih hangat dan menyenangkan. Siapa tahu, Anda malah membuka pintu menuju percakapan yang lebih mendalam dan berkesan.