Pernah nggak sih Anda merasa tubuh drop banget, demam tinggi, menggigil, kepala pusing luar biasa lalu orang di sekitar bilang, "Cepat aja ambil infus, biar cepat pulih!"
Jujur saja, dulu kami juga percaya banget sama kalimat itu. Sampai akhirnya… kami mengalami sendiri kenyataannya.
Hari ini, kami ingin berbagi pengalaman pribadi yang membuka mata, sekaligus meluruskan beberapa mitos soal infus (IV drip) dan obat biasa. Siapa tahu, cerita ini bisa menyelamatkan Anda dari keputusan yang kurang tepat saat sakit.
Beberapa bulan lalu, salah satu dari kami mengalami kondisi tubuh yang benar-benar drop. Demam tinggi banget, menggigil, dan kepala seperti mau meledak. Rasanya ingin rebahan saja seharian. Karena panik dan merasa harus cepat sembuh, kami langsung menuju klinik terdekat dengan satu tujuan: minta infus!
Tapi ternyata, perawat di sana memberikan tatapan penuh pertimbangan dan bilang, "Tunggu dulu, harus diperiksa dokter dulu ya." Setelah dicek, ternyata itu cuma infeksi virus biasa, bukan sesuatu yang mengancam atau darurat. Dokter pun menyarankan cukup dengan minum obat, tidak perlu sampai diinfus.
Namun karena keras kepala dan merasa infus pasti lebih cepat menyembuhkan, kami tetap minta dipasangkan infus. Hasilnya? Penyesalan datang kemudian.
Banyak yang percaya infus adalah jalan pintas untuk cepat sembuh. Memang benar, infus mengalirkan cairan atau obat langsung ke pembuluh darah, jadi efeknya bisa terasa lebih cepat. Tapi, ini hanya berlaku dalam kondisi tertentu saja, seperti dehidrasi parah, demam tinggi yang tak kunjung turun, atau infeksi berat.
Kalau Anda hanya mengalami flu ringan, radang tenggorokan, atau demam biasa, minum obat sudah lebih dari cukup. Bahkan dalam banyak kasus, efeknya sama baiknya dengan infus, tanpa repot dan tanpa rasa sakit.
Inilah yang kami tidak sangka sebelumnya. Setelah menjalani infus, lengan kami terasa pegal luar biasa. Sakit saat ditekuk, dan muncul memar yang baru hilang hampir seminggu kemudian. Belum lagi waktu yang dihabiskan di klinik, lebih dari satu jam hanya untuk prosedur yang sebenarnya tidak wajib dilakukan.
Tak hanya itu, infus juga punya risiko tersembunyi. Jika peralatannya tidak benar-benar steril atau tenaga medisnya kurang berpengalaman, bisa saja terjadi infeksi di area bekas suntikan. Bukannya sembuh lebih cepat, malah tambah masalah.
Setelah pengalaman tersebut, kami jadi lebih menghargai kepraktisan obat yang diminum. Tidak sakit, tidak perlu waktu lama di klinik, dan tetap efektif asal diminum sesuai anjuran dokter. Obat tablet atau sirup memang terlihat sederhana, tapi justru sering jadi solusi paling tepat untuk sebagian besar penyakit ringan hingga sedang.
Jadi, untuk Anda yang mungkin sedang merasa tidak enak badan, coba pikirkan lagi sebelum buru-buru minta infus. Tanyakan dulu pada dokter, apakah memang perlu, atau cukup dengan obat biasa. Jangan ragu untuk bertanya dan diskusi, itu hak Anda sebagai pasien.
Pengalaman kami jadi pengingat bahwa tidak semua sakit butuh tindakan instan. Kadang, solusi yang terlihat "sederhana" justru adalah yang paling aman dan efektif.