Immune Thrombocytopenia (ITP) adalah gangguan autoimun yang kompleks, ditandai dengan rendahnya jumlah trombosit, sel darah yang sangat penting untuk pembekuan darah dan mencegah perdarahan berlebihan.
Meskipun relatif umum, dengan sekitar 30.000 kasus baru setiap tahunnya, ITP tetap menjadi kondisi yang menantang karena gejalanya yang beragam, disfungsi sistem kekebalan tubuh yang mendasarinya, serta risiko komplikasi perdarahan yang serius.
Pada dasarnya, ITP terjadi ketika sistem kekebalan tubuh salah mengenali trombosit sebagai benda asing. Kekeliruan ini memicu limfosit B untuk memproduksi antibodi yang menyerang permukaan trombosit, menandainya untuk dihancurkan oleh makrofag, terutama di limpa. Proses penghancuran trombosit ini terjadi lebih cepat dari kapasitas sumsum tulang untuk memproduksi trombosit baru, sehingga menyebabkan trombositopenia. Dalam beberapa kasus, antibodi autoimun juga dapat menyerang megakariosit, sel-sel di sumsum tulang yang bertanggung jawab untuk memproduksi trombosit, yang semakin memperburuk kekurangan trombosit.
Patofisiologi ITP cukup bervariasi. Sekitar 80% kasus ITP merupakan ITP primer, yaitu gangguan yang hanya melibatkan penghancuran trombosit tanpa ada gangguan autoimun lainnya. Sementara itu, sekitar 20% kasus ITP adalah ITP sekunder yang terjadi bersamaan dengan penyakit autoimun lain seperti lupus, infeksi seperti Hepatitis C, atau, meskipun jarang, disebabkan oleh obat-obatan tertentu.
Gejala utama ITP adalah rendahnya jumlah trombosit, yang sering kali berada di bawah rentang normal, yakni 140.000 hingga 450.000 trombosit per mikroliter darah. Pasien dapat menunjukkan gejala seperti petechia, titik-titik merah atau ungu kecil di kulit akibat perdarahan minor, mudah memar, perdarahan spontan pada mukosa seperti mimisan atau gusi berdarah, dan dalam kasus yang parah, perdarahan internal yang dapat mengancam jiwa, seperti perdarahan intrakranial.
Risiko perdarahan sangat berkaitan dengan jumlah trombosit. Ketika jumlah trombosit turun di bawah 30.000 per mikroliter, risiko perdarahan meningkat signifikan, dan menjadi sangat kritis ketika jumlah trombosit jatuh di bawah 10.000. Usia juga berperan dalam meningkatkan risiko, di mana individu yang lebih tua cenderung mengalami komplikasi perdarahan yang lebih berat. Oleh karena itu, pemantauan yang ketat sangat diperlukan pada pasien lansia.
Diagnosis ITP umumnya dilakukan dengan metode eliminasi, karena tidak ada tes tunggal yang dapat secara pasti mendiagnosis penyakit ini. Langkah pertama adalah membedakan ITP dengan penyebab lain dari trombositopenia, seperti infeksi, kekurangan vitamin, gangguan sumsum tulang, atau kelainan genetik pada trombosit.
Pemeriksaan laboratorium biasanya mencakup hitung darah lengkap, pemeriksaan sel darah tepi, dan skrining khusus untuk mencari penyebab sekunder. Perlu diingat bahwa clumping trombosit (gumpalan trombosit) pada sampel darah bisa menyebabkan interpretasi yang salah, sehingga teknik laboratorium yang cermat sangat penting.
Strategi pengobatan pada ITP bertujuan untuk meningkatkan jumlah trombosit hingga ke level yang aman dan mengurangi risiko perdarahan. Keputusan pengobatan bergantung pada jumlah trombosit, keparahan perdarahan, dan prosedur medis yang akan dilakukan yang memerlukan pembekuan darah yang cukup.
Pengobatan lini pertama biasanya melibatkan kortikosteroid, yang berfungsi untuk menekan produksi antibodi dan mengurangi penghancuran trombosit. Meskipun efektif dalam waktu beberapa minggu, kortikosteroid dapat menimbulkan efek samping yang signifikan, seperti penurunan kekebalan tubuh, peningkatan berat badan, perubahan suasana hati, dan osteoporosis.
Pilihan kedua mencakup penggunaan Rituximab, yang menargetkan sel B yang memproduksi antibodi autoimun, dan agonis reseptor trombopoietin seperti Eltrombopag dan Romiplostim, yang merangsang produksi trombosit di sumsum tulang. Splenektomi, yaitu operasi pengangkatan limpa, tetap menjadi pilihan definitif dalam mengatasi ITP karena menghilangkan situs utama penghancuran trombosit, meskipun prosedur ini membawa risiko infeksi seumur hidup.
Dr. James Bussel, seorang ahli hematologi pediatrik yang terkenal, mengatakan, "Tantangan dalam ITP bukan hanya pada peningkatan jumlah trombosit, tetapi juga pada penyesuaian terapi sesuai dengan profil risiko individu, guna meminimalkan efek samping sambil mencegah perdarahan yang berpotensi fatal." Serupa dengan itu, Dr. Margaret Leary, seorang imunolog klinis, menyatakan, "ITP adalah contoh nyata disfungsi sistem kekebalan tubuh, yang menunjukkan kepada kami bahwa penyakit autoimun sering kali muncul dengan cara yang halus namun berbahaya, memerlukan intervensi imunomodulator yang tepat."
Immune Thrombocytopenia adalah gangguan hematologi yang signifikan, di mana sistem kekebalan tubuh secara keliru menyerang trombosit, menyebabkan risiko perdarahan yang sangat berbahaya. Diagnosisnya bergantung pada eliminasi penyebab sekunder, dan pengelolaannya memerlukan pendekatan yang sangat individual, mempertimbangkan efektivitas serta keselamatan bagi pasien. Pemahaman yang komprehensif mengenai mekanisme penyakit dan faktor-faktor khusus pasien sangat diperlukan untuk hasil yang optimal dalam mengatasi kondisi ini yang penuh tantangan.
Jangan remehkan gangguan ini, pemahaman yang mendalam tentang ITP bisa menyelamatkan nyawa.