Saffron, salah satu rempah termahal dan paling berharga di dunia, memiliki sejarah yang sangat menarik dan panjang, yang sudah ada sejak ribuan tahun lalu. Sering disebut sebagai "rempah dewa," warna, rasa, dan aroma khasnya membuatnya memiliki tempat yang sangat penting dalam masakan dan budaya global.
Namun, bagaimana saffron bisa begitu populer, dan apa yang membuatnya begitu berharga? Mari kita telusuri sejarah kaya dan rahasia budidaya saffron, yang juga dikenal dengan sebutan "Zaffran" di beberapa budaya.
Asal Usul dan Sejarah Saffron
Nama saffron, "Zaffran," berasal dari bahasa Arab dan digunakan untuk merujuk pada rempah unik ini. Sebutan pertama kali mengenai saffron tercatat pada abad ke-11 hingga ke-10 SM dalam Alkitab Ibrani, di mana saffron digambarkan sebagai rempah berharga yang digunakan dalam persembahan dan parfum. Pada zaman kuno, saffron dikenal dengan warna kuning cerahnya serta kemampuannya dalam meningkatkan rasa dan aroma makanan. Rempah ini tercatat dalam dokumen-dokumen dari peradaban kuno seperti Kashmir dan Persia, dengan akar yang dalam di budaya Mediterania dan Asia Tengah.
Budidaya saffron dimulai di kawasan Mediterania, dengan Yunani menjadi salah satu tempat pertama yang dikenal untuk membudidayakan bunga ini. Pada abad ke-5 SM, saffron sudah terkenal dan digunakan oleh berbagai peradaban seperti Mesir, Yunani, Romawi, dan Yahudi. Rempah ini bahkan diyakini memiliki khasiat pengobatan dan kekuatan magis. Saking berharganya, saffron sempat digunakan sebagai mata uang di beberapa peradaban kuno.
Penyebaran Budidaya Saffron ke Seluruh Dunia
Saffron kemudian menyebar ke berbagai belahan dunia, termasuk Tiongkok, yang mulai mengenalnya pada tahun 1960-an. Di Tiongkok, saffron kini dibudidayakan di berbagai daerah. Permintaan yang terus meningkat akan saffron menyebabkan budidaya rempah ini menyebar ke negara-negara seperti Spanyol, Yunani, dan India.
Tanaman saffron tumbuh subur di wilayah dengan cuaca sejuk, kondisi setengah teduh, dan suhu moderat, menjadikannya cocok untuk berbagai iklim. Meskipun kawasan Mediterania masih menjadi sumber utama saffron, budidaya rempah ini terus berkembang untuk memenuhi permintaan global yang semakin meningkat.
Karakteristik Fisik Saffron
Saffron adalah tanaman tahunan yang biasanya tumbuh dengan ketinggian antara 10 hingga 20 sentimeter. Tanaman ini memiliki bunga ungu-merah yang khas dengan aroma yang kuat. Stigma saffron, yang terkenal dengan warna oranye-merahnya, adalah bagian dari bunga yang dipanen untuk dijadikan rempah. Bunga saffron mekar pada akhir musim gugur, biasanya pada bulan Oktober, dan kemampuan unik tanaman ini membuatnya dapat tumbuh dan berbunga di iklim yang lebih dingin, dengan musim tanam yang pendek.
Batang saffron, yang dikenal sebagai "kormus," berbentuk bulat dengan diameter sekitar 3 cm dan dilapisi oleh membran kuning kecokelatan. Bunga saffron cukup kecil, dengan diameter sekitar 2,5 hingga 3 cm. Benang sari dan putik yang sering kali berwarna kuning dan merah berkontribusi pada warna dan rasa khas saffron. Rempah ini dipanen dari stigma merah bunga dan kemudian dikeringkan untuk digunakan dalam masakan.
Tempat Saffron Tumbuh
Saffron berasal dari Eropa Selatan dan beberapa bagian Mediterania, terutama di Spanyol, Prancis, Yunani, dan Turki. Tanaman ini juga ditemukan di daerah pesisir Mediterania, di mana ia tumbuh subur di tanah yang subur dan mudah mengalirkan air. Di Asia, saffron pertama kali diperkenalkan dan kini dibudidayakan di wilayah seperti Kashmir dan India. Di Tiongkok, saffron telah beradaptasi dengan iklim unik di Tibet dan beberapa provinsi lainnya.
Kondisi Pertumbuhan Saffron
Saffron adalah tanaman dengan periode pertumbuhan pendek, yang berarti membutuhkan kondisi pencahayaan khusus untuk berkembang. Tanaman ini lebih menyukai iklim sedang dengan suhu moderat dan kondisi yang relatif kering. Tanah yang ideal untuk saffron adalah tanah yang mudah mengalirkan air, kaya akan bahan organik, dan sedikit basa. Kormus saffron akan tidur selama musim panas, dan mulai tumbuh pada musim gugur, biasanya mekar antara bulan Oktober hingga Desember.
Tanaman saffron tahan terhadap cuaca dingin, tetapi membutuhkan perhatian khusus terhadap tingkat kelembaban selama masa pertumbuhannya. Bunga saffron membuka pada siang hari dan menutup pada malam hari, menjadikannya waktu yang sensitif untuk memanen rempah ini. Setiap bunga hanya menghasilkan tiga stigma merah, sehingga proses pemanenannya sangat memakan tenaga. Dibutuhkan ribuan bunga untuk menghasilkan hanya sedikit benang saffron kering.
Saffron bukan hanya sekadar rempah; ia adalah sebuah warisan budaya yang kaya akan sejarah, tradisi, dan pencarian rasa yang luar biasa. Baik Anda seorang koki yang bersemangat untuk memberikan sentuhan unik pada hidangan Anda atau sekadar penasaran dengan rempah termahal di dunia, perjalanan saffron dari zaman kuno hingga dapur modern sungguh memukau. Rasa yang khas, aroma yang memikat, dan warisan budaya yang mendalam menjadikan saffron sebagai bahan yang tak tergantikan dalam petualangan kuliner.